INSEMINASI BUATAN PADA SAPI
MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Biologi Umum yang dibina oleh Bapak ...
FAKULTAS MIPA
JURUSAN BIOLOGI
Desember 2011
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunianya sehingga “ Makalah “ ini dapat diselesaikan dengan
baik.
Kegiatan pembuatan makalah ini adalah sebagai bentuk
penambahan kegiatan mata pelajaran yang bertujuan untuk membantu di dalam
bidang pelajaran tersebut.
Makalah ini tentunya masih banyak memiliki berbagai
kekurangan, untuk itu saran dan masukan sangat diharapkan kedepan. Akhir kata,
penyusun ingin menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
memberikan berbagai bantuan dan masukan dalam penyusunan makalah ini.
Malang,
10 Desember 2011
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL
............................................................................ i
KATA
PENGANTAR
........................................................................... ii
DAFTAR
ISI
........................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang ................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah .............................................................. 2
C. Tujuan
................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Perkembangan
Sejarah Inseminasi Buatan ........................ 3
B. Pengertian
Inseminasi Buatan ............................................ 8
C. Teknik
dari Inseminasi Buatan .......................................... 9
D. Tujuan
Inseminasi Buatan .................................................. 10
E. Keuntungan
dan Kerugian dari Inseminasi Buatan ............ 10
F. Prosedur
Inseminasi Buatan pada Sapi .............................. 11
G.
Faktor – Faktor yang Menyebabkan Rendahnya
Prosentase Kebuntingan pada Sapi
.................................... 12
H. Dampak
dari Inseminasi Buatan ........................................ 12
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
.............................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA
............................................................................. 15
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini berkembang sangat besar. Manusia
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menggunakan rasa, karsa dan
daya cipta yang dimiliki. Salah satu bidang iptek yang berkembang pesat dewasa
ini adalah teknologi reproduksi. Teknologi reproduksi adalah ilmu reproduksi
atau ilmu tentang perkembangbiakan yang menggunakan peralatan serta prosedur
tertentu untuk menghasilkan suatu produk (keturunan). Salah satu teknologi
reproduksi yang telah banyak dikembangkan adalah inseminasi buatan. Inseminasi
buatan merupakan terjemahan dari artificial insemination yang berarti
memasukkan cairan semen (plasma semen) yang mengandung sel-sel kelamin pria
(spermatozoa) yang diejakulasikan melalui penis pada waktu terjadi kopulasi
atau penampungan semen.
Berdasarkan
pengertian di atas, maka definisi tentang inseminasi buatan adalah memasukkan
atau penyampaian semen ke dalam saluran kelamin wanita dengan menggunakan
alat-alat buatan manusia dan bukan secara alami. Namun perkembangan lebih
lanjut dari inseminasi buatan tidak hanya mencangkup memasukkan semen ke dalam
saluran reproduksi wanita, tetapi juga menyangkut seleksi dan pemeliharaan
sperma, penampungan, penilaian, pengenceran, penyimpanan atau pengawetan
(pendinginan dan pembekuan) dan pengangkutan semen, inseminasi, pencatatan, dan
penentuan hasil inseminasi pada manusia dan hewan. Adapun tujuan dari
inseminasi buatan adalah sebagai suatu cara untuk mendapatkan keturunan bagi
pasutri yang belum mendapat keturunan.
Makalah
ini akan membahas tentang Inseminasi Buatan pada hewan ternak (Sapi). Inseminasi
Buatan pada Sapi sering juga disebut dengan kawin suntik. Kawin suntik adalah
suatu cara atau teknik untuk memasukkan mani (sperma atau semen yang telah
dicairkan dan diproses terlebih dahulu) yang berasal dari ternak jantan ke
dalam saluran alat kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus
yang disebut 'insemination gun'.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana
sejarah perkembangan Inseminasi Buatan ?
2. Apa
yang dimaksud dengan Inseminasi Buatan ?
3. Apa
saja teknik Inseminasi Buatan ?
4. Apa
tujuan Inseminasi Buatan ?
5. Apa
keuntungan dan kerugian dari Inseminasi Buatan ?
6. Bagaimana
prosedur Inseminasi Buatan pada Sapi ?
7. Apa
saja faktor – faktor yang menyebabkan rendahnya prosentase kebuntingan pada
Sapi ?
8. Apa
dampak dari Inseminasi Buatan pada Sapi ?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui perkembangan sejarah Inseminasi Buatan.
2. Untuk
memahami pengertian dari Inseminasi Buatan.
3. Untuk
mengetahui teknik Inseminasi Buatan.
4. Untuk
mengetahui tujuan Inseminasi Buatan.
5. Untuk
mengetahui keuntungan dan kerugian dari Inseminasi Buatan.
6. Untuk
mengetahui prosedur Inseminasi Buatan pada Sapi.
7. Untuk
mengetahui faktor – faktor yang menyebabkan rendahnya prosentase kebuntingan pada
Sapi.
8. Untuk
mengetahui dampak dari Inseminasi Buatan pada Sapi.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Sejarah
Perkembangan Inseminasi Buatan
Inseminasi
Buatan (IB) pada hewan peliharaan telah lama dilakukan sejak berabad-abad yang
lampau. Seorang pangeran arab yang sedang berperang pada abad ke-14 dan dalam
keadaan tersebut kuda tunggangannya sedang mengalami birahi. Kemudian dengan
akar cerdinya, sang pangeran dengan menggunakan suatu tampon kapas, sang
pangeran mencuri semen dalam vagina seekor kuda musuhnya yang baru saja
dikawinkan dengan pejantan yang dikenal cepat larinya.Tampon tersebut kemudian
dimasukan ke dalam vagina kuda betinanya sendiri yang sedang birahi. Alhasil
ternyata kuda betina tersebut menjadi bunting dan lahirlah kuda baru yang
dikenal tampan dan cepat larinya. Inilah kisa awal tentang IB, dan setelah itu
tidak lagi ditemukan catatan mengenai pelaksanaan IB atau penelitian ke arah
pengunaan teknik tersebut.
Tiga abad
kemudian, barulah ada pengamatan kembali tentang reproduksi. Tepatnya pada
tahun 1677, Anthony van Leeuwenhoek sarjana Belanda penemu mikroskop dan
muridnya Johan amm merupakan orang pertama yang melihat sel kelamin jantan
dengan mikroskop buatannya sendiri. Mereka menyebut sel kelamin jantan yang tak
terhitung jumlahnya tersebut animalcules atau animalculae yang berarti jasad
renik yang mempunyai daya gerak maju progresif. Di kemudian hari sel kelamin
jantan tersebut dikenal dengan spermatozoatozoa. Pada tahun berikutnya, 1678,
seorang dokter dan anatomi Belanda, Reijnier (Regner) de Graaf, menemukan
folikel pada ovarium kelinci.
Penelitian
ilmiah pertama dalam bidang inseminasi buatan pada hewan piarann dialkukan oleh
ahli fisiologi dan anatomi terkenal Italia, yaitu Lazzaro Spallanzani pada
tahun 1780. Dia berhasil menginseminasi amphibia, yang kemudian memutuskan
untuk melakukan percobaan pada anjing. Anjing yang dipelihara di rumahnya
setelah muncul tanda-tanda birahi dilakukan inseminasi dengan semen yang
dideposisikan langsung ke dalam uterus dengan sebuah spuit lancip. Enam puluh
hari setelah inseminasi, induk anjing tersebut melahirkan anak tiga yang
kesemuanya mirip dengan induk dan jantan uang dipakai semennya. Dua tahun
kemudian (1782) penelitian spallanzani tersebut diulangi oleh P. Rossi dengan
hasil yang memuaskan. Semua percobaan ini membuktikan bahwa kebuntingan dapat
terjadi dengan mengunakan inseminasi dan menghasilkan keturunan normal.
Spallanzani
juga membuktikan bahwa daya membuahi semen terletak pada spermatozoatozoa,
bukan pada cairan semen. Dia membuktikannya dengan menyaring semen yang baru
ditampung. Cairan yang tertinggal diatas filter mempunyai daya fertilisasi
tinggi. Peneliti yang sama pada tahun 1803, menyumbangkan pengetahuannya
mengenai pengaruh pendinginan terhadap perpanjangan hidup spermatozoatozoa. Dia
mengamati bahwa semen kuda yang dibekukan dalam salju atau hawa dimusim dingin
tidak selamanya membunuh spermatozoatozoa tetapi mempertahankannya dalam
keadaaan tidak bergerak sampai dikenai panas dan setelah itu tetap bergerak
selama tujuh setengah jam. Hasil penemuannya mengilhami peneliti lain untuk
lebih mengadakan penelitian yang mendalam terhadap sel-sel kelamin dan
fisiologi pembuahan. Dengan jasa yang ditanamkannya kemudian masyarakat
memberikan gelar kehormatan kepada dia sebagai Bapak Inseminasi.
Perkenalan
pertama IB pada peternakan kuda di Eropa, dilakukan oleh seorang dokter hewan
Perancis, Repiquet (1890). Dia menasehatkan pemakaian teknik tersebut sebagai
suatu cara untuk mengatasi kemajiran. Hasil yang diperoleh masih kurang
memuaskan, masih banyak dilakukan penelitian untuk mengatasinya, salah satu
usaha mengatasi kegagalan itu, Prof. Hoffman dari Stuttgart, Jerman,
menganjurkan agar dilakukan IB setelah perkawinan alam. Caranya vagina kuda
yang telah dikawinkan dikuakkan dan dengan spuit diambil semennya. Semen
dicampur dengan susu sapi dan kembali diinsemiasikan pada uterus hewan
tersebut. Namun diakui cara ini kurang praktis untuk dilaksanakan.
Pada tahun
1902, Sand dan Stribold dari Denmark, berhasil memperoleh empat konsepsi dari
delapan kuda betina yang di IB. Mereka menganjurkan IB sebagai suatu cara yang
ekonomis dalam pengunaan dan penyebaran semen dari kuda jantan yang berharga
dan memajukan peternakan pada umumnya.
Penanganan
IB secara serius dilakukan di Rusia, sebagai usaha untuk memajukan peternakan.
Peneliti dan pelopor terkemuka dalam bidang IB di Rusia adalah Elia I.
Ivannoff. Tahun 1899 ia diminta Direktur Peternakan Kuda Kerjaaan Rusia, untuk
menentukan kemungkinan-kemungkinan pemakaian IB. Dan dilah orang pertama yang
berhasil melakukan IB pada sapi dan domba.
Hasil
spektakuler dan sukses terbesar yang diperoleh adalah di Askaniya-Nova (1912)
yang berhasil menghasilkan 31 konsepesi yang 39 kuda yang di IB, sedang dengan
perkawinan alam hanya diperoleh 10 konsepsi dari 23 kuda yang di IB. Tahun
1914, Geuseppe amantea Guru Besar fisiologi manusia di Roma, banyak mengadakan
penelitian tentang spermatozoatologi, dengan hewan percobaan anjing, burung
merpati dan ayam. Kemudian dia berhasil membuat vagina buatan pertama untuk
anjing. Berdasar penemuan ini banyak peneliti lain membuat vagina buatan untuk
sapi, kuda dan domba. Tahun 1926, Roemelle membuat yang pertama kali membuat
vagina buatan untuk sapi, dan orang pertama yang membuat vagina buatan untuk
domba dan kambing adalah Fred F. Mckenzie (Amerika Serikat) pada tahun 1931.
Pada tahun 1938 Prof. Enos J. Perry mendirikan koperasi IB pertama di Amerika
Serikat yang terletak di New Jersey.
Kemajuan
pesat dibidang IB, sangat dipercepat dengan adanya penemuan teknologi pembekuan
semen sapi yang disposori oleh C. Polge, A.U. Smith dan A.S. Parkes dari
Inggris pada tahun 1949. Mereka berhasil menyimpan semen untuk waktu panjang
dengan membekukan sampai -79 0C dengan mengunakan CO2
pada (dry ice) sebagai pembeku dan gliserol sebagai pengawet. Pembekuan
ini disempurnakan lagi, dengan dipergunakannya nitrogen cair sebagai bahan
pembeku, yang menghasilkan daya simpan yang lebih lama dan lebih praktis,
dengan suhu penyimpanan -169 0C.
Inseminasi
Buatan pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada awal tahun limapuluhan oleh
Prof. B. Seit dari Denmark di Fakultas Hewan dan Lembaga Penelitian Peternakan
Bogor. Dalam rangka rencana kesejahteraan istimewa (RKI) didirikanlah beberpa
satsiun IB di beberapa daerah di awa Tenggah (Ungaran dan Mirit/Kedu Selatan),
Jawa Timur (Pakong dan Grati), Jawa Barat (Cikole/Sukabumi) dan Bali
(Baturati). Juga FKH dan LPP Bogor, difungsikan sebagai stasiun IB untuk melayani
daerah Bogor dan sekitarnya, Aktivitas dan pelayanan IB waktu itu bersifat
hilang, timbul sehingga dapat mengurangi kepercayaan masyarakat.
Pada tahun
1959 dan tahun-tahun berikutnya, perkembangan dan aplikasi IB untuk daerah
Bogor dan sekitranya dilakukan FKH IPB, masih mengikuti jejak B. Seit yaitu
penggunaan semen cair umtuk memperbaiki mutu genetik ternak sapi perah. Pada
waktu itu belum terfikirkan untuk sapi potong. Menjelang tahun 1965, keungan
negara sangat memburuk, karena situasi ekonomi dan politik yang tidak
menguntungkan, sehingga kegiatan IB hampir-hampir tidak ada. Stasiun IB yang
telah didirikan di enam tempay dalam RKI, hanya Ungaran yang masih bertahan.
Di Jawa
Tenggah kedua Balai Pembenihan Ternak yang ditunjuk, melaksanakan kegiatan IB sejak
tahun1953, dengan tujuan intensifikasi onggolisasi untuk Mirit dengan semen
Sumba Ongole (SO) dan kegiatan di Ungaran bertujuan menciptakan ternak serba
guna, terutama produksi susu dengan pejantan Frisien Holstein (FH). Ternyata
nasib Balai Pembibitan Ternak kurang berhasil melaksanakan tugasnya dengan
baik, kecuali Balai Pembibitan Ternak Ungaran, dan tahun1970 balai ini diubah
namanya menjadi Balai Inseminasi Buatan Ungaran, dengan daerah pelayanan samapi
sekarang di daerah jalur susu Semarang – Solo – Tegal.
Inseminasi
buatan telah pula digalakkan atau diperkenalkan oleh FKH IPB, di daerah
Pengalengan, Bandung Selatan, bahkan pernah pula dilakukan pameran pedet (Calf
Show) pertama hasil IB. Kemajuan tersebut disebabkan adanya sarana
penunjang di daerah tersebut yaitu 1) rakyat pemelihara sapi telah mengenal
tanda-tanda berahi dengan baik, 2) rakyat telah tahu dengan pasti bahwa
peningkatan mutu ternak melalui IB merupakan jalan yang sesingkat-singkatnya
menuju produksi tinggi, 3) pengiriman semen cair dari Bogor ke Pengalengan
dapat memenuhi permintaan, sehingga perbaikan mutu genetik ternak segera dapat
terlihat.
Hasil-hasil
perbaikan mutu genetik ternak di Pengalengan cukup dapat memberi harapan kepda
rakyat setempat. Namun sayangnya peningkatan produksi tidak diikuti oleh
peningkatan penampungan produksi itu sendiri. Susu sapi umumnya dikonsumsi
rakyat setempat. Akibatnya produsen susu menjadi lesu, sehingga perkembangan IB
di Pangalengan sampai tahun 1970, mengalami kemunduran akibat munculnya industri-industri
susu bubuk yang menggunakan susu bubuk impor sebagai bahan bakunya.
Kekurang
berhasilan program IB antara tahun 1960-1970, banyak disebabkan karena semen
yang digunakan semen cair, dengan masa simpan terbatas dan perlu adanya alat
simpan sehingga sangat sulit pelaksanaanya di lapangan. Disamping itu kondisi
perekonomian saat itu sangat kritis sehingga pembangunan bidang peternakan
kurang dapat perhatian.
Dengan
adanya program pemerintah yang berupa Rencana Pembangunan Lima Tahun yang
dimulai tahun 1969, maka bidang peternakan pun ikut dibangun. Tersedianya dana
dan fasilitas pemerintah akan sangat menunjang peternakan di Indonesia,
termasuk program IB. Pada awal tahun 1973 pemerintah measukan semen beku ke
Indonesia. Dengan adanya semen beku inilah perkembangan IB mulai maju dengan
pesat, sehingga hampir menjangkau seluruh provinsi di Indonesia.
Semen beku
yang digunkan selema ini merupakan pemberian gratis pemerintah Inggris
dansSelandia Baru. Selanjutnya pada tahun 1976 pemerintah Selandia Baru
membantu mendirikan Balai Inseminasi Buatan, dengan spesialisasi memproduksi
semen beku yang terletak di daerah Lembang Jawa Barat. Setahun kemudian
didirikan pula pabrik semen beku kedua yakni di Wonocolo Suranaya yang
perkembangan berikutnya dipindahkan ke Singosari Malang Jawa Timur.
Untuk kerbau
pernah pula dilakukan IB, yakni di daerah Serang, Banten, dengan IPB sebagai
pelaksana dan Dirjen Peternakan sebagai sponsornya (1978). Namun
perkembangannya kurang memuaskan karena dukungan sponsor yang kurang menunjang,
disamping reproduksi kerbau belum banyak diketahui. IB pada kerbau pernah juga
diperkenalakan di Tanah Toraja Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara dan Jawa Timur.
Hasil
evaluasi pelaksanaan IB di Jawa, tahun 1972-1974, yang dilaksanakan tahun 1974,
menunjukan anka konsepsi yang dicapai selama dua tahun tersebut sangat rendah
yaitu antara 21,3 – 38,92 persen. Dari survei ini disimpulkan juga bahwa titik
lemah pelaksaan IB, tidak terletak pada kualitas semen, tidak pula pada
keterampilan inseminator, melainkan sebagian besar terletak pada ketidak
suburan ternak-ternak betina itu sendiri. Ketidak suburan ini banyak disebabkan
oleh kekurangan pakan, kelainan fisiologi anatomi dan kelainan patologik alat
kelamin betina serta merajalelanya penyakit kelamin menular. Dengan adanya
evaluasi terebut maka perlu pula adanya penyemopurnaan bidang organisasi IB,
perbaikan sarana, intensifikasi dan perhatian aspek pakan, manajemen,
pengendalian penyakit.
B. Inseminasi
Buatan
Teknologi
modern pada zaman sekarang telah mampu mengatasi masalah kemandulan (bagi
manusia) dan menghasilkan bibit-bibit unggul (bagi hewan yang dapat
menguntungkan manusia), khususnya dalam bidang bioteknologi. Hal tersebut dapat
dilakukan diantaranya dengan melalui inseminasi buatan.
Dari
hasil kemajuan bioteknologi tersbut, sekarang telah tersedia inseminasi buatan,
fertilisasi atau pembuatan in vitro dan rahim kontrak. Kemajuan bioteknologi
tersebut apabila diterapkan pada dunia hewan, maka akan mendatangkan manfaat
dan keuntungan bagi manusia. Namun, jika kemajuan bioteknologi diaplikasikan
pada manusia, maka akan menghasilkan dampak yang positif dan dampak yang
negatif. Dampak posotof dapat diambil dari orang-orang yang telah menikah,
tetapi tidak bisa mempunyai anak, maka agar keinginan untuk mempunyai anak
dapat terwujud, maka dapat dilakukan dengan melalui bayi tabung atau rahim
kontrak. Sedangkan dampak negatifnya yaitu dapat menimbulkan kekacauan dalam
sistem keturunan manusia.
Maka
sejak tahun 1956 dewan gereja di Roma telah mengutuk kegiatan tersebut dengan
alasan bahwa inseminasi buatan dapat memisahkan tindakan prokreasi (kasih
sayang terhadap anak, dan anak adalah karunia Tuhan yang harus dijunjung
tinggi) dan persatuan cinta. Alasan lainnya yaitu kegiatan inseminasi
melibatkan tindakan masturbasi yang dibutuhkan untuk mengeluarkan sperma.
Inseminasi
Buatan adalah salah Bioteknologi dalam bidang reproduksi ternak yang
memungkinkan manusia mengawinkan ternak betina tanpa perlu seekor pejantan.
Inseminasi Buatan merupakan suatu rangkain proses terencana dan terpogram
karena menyangkut kualitas genetik ternak di masa yang akan datang. Pelaksanaan
dan penerapan teknologi Inseminasi Buatan di lapangan dimulai dengan langkah
pemilihan pejantan unggul sehingga akan lahir anak yang kualitasnya lebih baik
dari induknya selanjutnya dari pejantan tersebut dilakukan penampungan semen, penilaian
kelayakan semen, pengelolahan dan pengawetan semen dalam bentuk cair dan beku,
serta teknik inseminasi ke dalam saluran reproduksi ternak betina (Depdiknas,
2001).
C. Teknik Inseminasi Buatan
1.
Teknik IUI (Intrauterine Insemination)
Teknik IUI dilakukan dengan cara sperma diinjeksikan
melalui leher rahim hingga ke lubang uterine (rahim).
2.
Teknik DIPI (Direct Intraperitoneal
Insemination)
Teknik DIPI telah dilakukan sejak awal tahun 1986.
Teknik DIPI dilakukan dengan cara sperma diinjeksikan langsung ke
peritoneal (rongga peritoneum).
Teknik IUI dan DIPI dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut bivalve
speculum, yaitu suatu alat yang berbentuk seperti selang dan mempunyai 2
cabang, dimana salah satu ujungnya sebagai tempat untuk memasukkan/menyalurkan
sperma dan ujung yang lain dimasukkan ke dalam saluran leher rahim untuk
teknik IUI, sedangkan untuk teknik DIPI dimasukkan kedalam peritoneal. Jumlah
sperma yang disalurkan/diinjeksikan kurang lebih sebanyak 0,5–2 ml. Setelah
inseminasi selesai dilakukan, orang yang mendapatkan perlakuan inseminasi
tersebut harus dalam posisi terlentang selama 10–15 menit.
D. Tujuan
Inseminasi Buatan
1. Memperbaiki
mutu genetika ternak;
2. Tidak
mengharuskan pejantan unggul untuk dibawa ketempat yang dibutuhkan sehingga
mengurangi biaya ;
3. Mengoptimalkan
penggunaan bibit pejantan unggul secara lebih luas dalam jangka waktu yang
lebih lama;
4. Meningkatkan
angka kelahiran dengan cepat dan teratur;
5. Mencegah
penularan / penyebaran penyakit kelamin.
E. Keuntungan dan Kerugian dari
Inseminasi Buatan
1. Keuntungan
Inseminasi Buatan
a) Menghemat
biaya pemeliharaan ternak jantan;
b) Dapat
mengatur jarak kelahiran ternak dengan baik;
c) Mencegah
terjadinya kawin sedarah pada sapi betina (inbreeding);
d) Dengan
peralatan dan teknologi yang baik spermatozoa dapat simpan dalam jangka waktu
yang lama;
e) Semen
beku masih dapat dipakai untuk beberapa tahun kemudian walaupun pejantan telah
mati;
f) Menghindari
kecelakaan yang sering terjadi pada saat perkawinan karena fisik pejantan
terlalu besar;
g) Menghindari
ternak dari penularan penyakit terutama penyakit yang ditularkan dengan
hubungan kelamin.
2. Kerugian
Inseminasi Buatan
a) Apabila
identifikasi birahi (estrus) dan waktu pelaksanaan IB tidak tepat maka tidak
akan terjadi kebuntingan;
b) Akan
terjadi kesulitan kelahiran (distokia), apabila semen beku yang digunakan
berasal dari pejantan dengan breed / turunan yang besar dan diinseminasikan
pada sapi betina keturunan / breed kecil;
c) Bisa
terjadi kawin sedarah (inbreeding) apabila menggunakan semen beku dari
pejantan yang sama dalam jangka waktu yang lama;
d) Dapat
menyebabkan menurunnya sifat-sifat genetik yang jelek apabila pejantan donor
tidak dipantau sifat genetiknya dengan baik (tidak melalui suatu progeny test).
F. Prosedur Inseminasi Buatan pada Sapi
Prosedur Inseminasi Buatan adalah sebagai berikut:
-
Sebelum melaksanakan prosedur Inseminasi Buatan (IB),
semen harus dicairkan (thawing) terlebih dahulu dengan mengeluarkan semen beku
dari nitrogen cair dan memasukkannya dalam air hangat atau meletakkannya
dibawah air yang mengalir. Suhu untuk thawing yang baik adalah 37oC.
-
Jadi semen/straw tersebut dimasukkan dalam air dengan
suhu badan 37oC, selama 7-18 detik.
-
Setelah dithawing, straw dikeluarkan dari air kemudian
dikeringkan dengan tissue.
-
Kemudian straw dimasukkan dalam gun, dan ujung yang
mencuat dipotong dengan menggunakan gunting bersih.
-
Setelah itu Plastic sheath dimasukkan pada gun yang
sudah berisi semen beku/straw.
-
Sapi dipersiapkan (dimasukkan) dalam kandang jepit,
ekor diikat.
-
Petugas Inseminasi Buatan (IB) memakai sarung tangan
(glove) pada tangan yang akan dimasukkan ke dalam rektum.
-
Tangan petugas Inseminasi Buatan (IB) dimasukkan ke
rektum, hingga dapat menjangkau dan memegang leher rahim (servix), apabila
dalam rektum banyak kotoran harus dikeluarkan lebih dahulu.
-
Semen disuntikkan/disemprotkan pada badan uterus yaitu
pada daerah yang disebut dengan 'posisi ke empat'.
-
Setelah semua prosedur tersebut dilaksanakan maka
keluarkanlah gun dari uterus dan servix dengan perlahan-lahan.
G. Faktor
– Faktor yang
Menyebabkan Rendahnya Prosentase Kehamilan pada Sapi
1.
Fertilitas dan kualitas mani beku yang jelek / rendah;
2.
Inseminator kurang / tidak terampil;
3.
Petani / peternak tidak / kurang terampil mendeteksi
birahi;
4.
Pelaporan yang terlambat dan / atau pelayanan
Inseminator yang lamban;
5.
Kemungkinan adanya gangguan reproduksi / kesehatan
sapi betina. Jelaslah disini bahwa faktor yang paling penting adalah mendeteksi
birahi, karena tanda-tanda birahi sering terjadi pada malam hari.
H. Dampak
dari Inseminasi Buatan pada Sapi
Inseminasi
Buatan yang dikembangkan oleh manusia bertujuan untuk memberi keuntungan atau
meningkatkan kesejahteraan manusia. Namun, Inseminasi Buatan juga tidak lepas
dari dampak negatif yang dapat ditimbulkannya.
1.
Dampak Positif
Inseminasi Buatan
Dengan inseminasi buatan akan
dihasilkan mutu ternak yang lebih baik. Hal ini akan menguntungkan para
peternak sehingga dapat meningkatkan perekonomian mereka.
2.
Dampak Negatif
Inseminasi Buatan
Inseminasi buatan tidak lepas dari kerugian atau dampak negatif
yang dapat ditimbulkannya. Misalnya, jika waktu inseminasi buatan tidak tepat
maka tidak akan terjadi kehamilan pada hewan ternak. Selain itu, dapat
menyebabkan menurunnya sifat-sifat genetik yang tidak diinginkan apabila ternak
jantan donor tidak dipantau sifat genetiknya dengan baik.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Inseminasi
buatan harus berlandaskan nilai etika tertentu, karena bagaimanapun juga
perkembangan dalam dunia bioteknologi tidak lepas dari tanggung jawab manusia
sebagai agen moral dan subjek moral. Etika diperlukan untuk menentukan arah
perkembangan bioteknologi serta perkembangannya secara teknis, sehingga tujuan
yang menyimpang dan merugikan bagi kemanusiaan dapat dihindarkan. Dan yang
penting perlu diterapkannya aturan resmi pemerintah dalam pelaksanaan dan
penerapan bioteknologi, sehingga ada pengawasan yang intensif terhadap bahaya
potensial yang mungkin timbul akibat kemajuan bioteknologi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar